قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي، رَأَيْتُ مُوسَى، وَإِذَا هُوَ رَجُلٌ ضَرْبٌ رَجِلٌ، كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ، وَرَأَيْتُ عِيسَى، فَإِذَا هُوَ رَجُلٌ رَبْعَةٌ أَحْمَرُ، كَأَنَّمَا خَرَجَ مِنْ دِيمَاسٍ، وَأَنَا أَشْبَهُ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهِ، ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءَيْنِ، فِي أَحَدِهِمَا لَبَنٌ، وَفِي الْآخَرِ خَمْرٌ، فَقَالَ اشْرَبْ أَيَّهُمَا شِئْتَ، فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَشَرِبْتُهُ، فَقِيلَ أَخَذْتَ الْفِطْرَةَ، أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْر،َ غَوَتْ أُمَّتُكَ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : Malam aku di perjalankan (isra), kulihat Musa (as), dan ia pria yg rambutnya lurus dan rapih, seakan ia pria gagah yg berwibawa dan suci, dan kulihat Isa (as) maka ia pria yg tegap dan kulitnya kemerahan seakan keluar dari mandi bersuci, dan aku yg paling mirip dari keturunan Ibrahim saw darinya, lalu aku dibawakan dua bejana, yg satu berisi susu dan yg lainnya arak, dikatakan padaku : “minumlah salah satunya” maka kuambil susu dan aku meminumnya, maka dikatakan padaku : “kau telah memilih yg suci, dan jika kau memilih arak maka hancurlah ummatmu dg arak” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membukakan bagi kita pintu-pintu kemuliaan dan kemudahan di dalam kehidupan, Yang Maha menuntun kita dengan tuntunan-tuntunan keluhuran serta mengangkat kita kepada derajat keluhuran yang lebih tinggi dengan kebangkitan Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di bulan agung ini mengingatkan kita pada peristiwa yang terluhur sepanjang usia Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu perjalanan teragung dari segenap perjalanan yang pernah ada dari seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menembus batas seluruh makhluk dan berhadapan dengan rabbul ‘alamin Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan peristiwa ini yang teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, beliau bersabada : “Ketika aku sedang berbaring melihat atap rumahku terbelah, kemudian datanglah malaikat Jibril As dan membelah dadaku yang bersamanya membawa nampan emas berisi dengan hikmah yang kemudian dituangkan ke jantungku, kemudian mengembalikan jantungku pada tempatnya dan kembali menutup kulit di dadaku, kemudian aku dibawa untuk Isra’ dan Mi’raj”.
Dari rangkaian beberapa hadits lainnya riwayat Shahih Muslim dan Shahih Al Bukhari, menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi Isra’ terlebih dahulu yaitu menuju Masjid Al Aqsha, dan sebelum mencapai masjid Al Aqsha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku melihat nabi Musa berdiri di kuburnya sedang melakukan shalat, dan kulihat rambut nabi Musa lurus dan wajahnya berwibawa tampak suci dari segala perbuatan dosa, dan kulihat juga nabiyallah ‘Isya As yang wajahnya kemerah-merahan dan tampak begitu segar seakan-akan beliau baru selesai mandi, dan aku lebih mirip dengan nabiyallah Ibrahim a.s daripada kesemua nabi yang lainnya”. Masjid Al Aqsa yang menjadi tempat pertemuan seluruh nabi dengan pemimpin seluruh nabi, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari, ketika ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “wahai Rasulullah masjid apakah yang pertama kali ada di muka bumi?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Masjidil Haram”, dan ditanya lagi : “kemudian masjid apa wahai Rasulullah?”, beliau menjawab : “Masjidil Aqsha”, adapun masalah selisih waktunya terdapat dua riwayat dalam Shahih Al Bukhari , riwayat pertama mengatakan hanya selisih 40 tahun kemudian dibangun Masjid Al Aqsha, dan riwayat yang lain mengatakan bahwa selisih waktunya adalah 40, entah itu 40 ribu tahun atau 40 bulan dan lainnya, dan para imam berbeda pendapat dalam hal ini. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan para nabi dan rasul di masjidil Aqsha, kemudian beliau mengimami shalat lalu beliau menaiki sebuah batu untuk berangkat menuju ke langit, dan di saat itu batu juga turut mengantar keberangkatan nabi hingga beberapa meter di atas permukaan bumi, di saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak melanjutkan perjalanan ke langit, batu itu tidak mau lepas dari kaki sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada batu untuk tidak ikut mi’raj, karena tidak mendapatkan izin untuk ikut mi’raj maka batu itu tetap menggantung di udara tidak jatuh ke bumi, tetap ada hingga saat ini di Masjidil Aqsha, hal itu merupakan pelajaran bagi kita bahwa batu-batu pun mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan memasuki pintu langit yang pertama dan saat itu tidak dibukakan oleh malaikat, maka malaikat Jibril a.s meminta para malaikat untuk membuka pintu-pintu langit, di langit pertama malaikat berkata : “siapakah yang datang?”, Jibril menjawab : “ aku Jibril dan Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, malaikat berkata : “apakah dia telah diutus untuk datang pada waktunya?”, maka malaikat Jibril menjawab : “iya betul”, maka para malaikat pun berkata : “selamat datang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam semulia-mulia yang datang telah datang”, maka pintu langit pertama dibuka untuk Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan nabiyallah Adam a.s, sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari ketika beliau melihat di sebelah kanannya ada kelompok manusia maka beliau tersenyum, dan ketika beliau melihat ke kirinya dan melihat sekelompok manusia lalu beliau menangis. Maka malaikat Jibril berkata kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Ini adalah ayahmu dia adalah Adam As Abul Basyar, ketika ia melihat ke kanan ia diperlihatkan keturunannya yang masuk surga maka ia pun tersenyum, namun ketika ia melihat ke kiri ia diperlihatkan keturunannya yang masuk neraka maka ia menangis”. Nabi Adam As berada di langit yang pertama, melihat seluruh keturunannya yang berada di barat dan timur di bumi Allah subhanahu wata’ala. Kemudian nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan nabi Adam As dan nabi Adam berkata : “Selamat datang wahai putraku yang shalih, dan nabi yang shalih”. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menembus langit yang kedua dan dibukakan pintu oleh para malaikat dengan sambutan yang sama di langit yang pertama : “Selamat datang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam semulia-mulia makhluk yang datang telah datang”, begitu seterusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menembus langit ketiga, keempat, kelima, hingga di langit yang keenam beliau bertemu dengan nabiyallah Musa As yang berkata : “Selamat datang wahai nabi yang shalih dan saudaraku yang shalih”. Kemudian menembusa langit yang ketujuh dan berjumpa dengan nabiyallah Ibrahim As dan melihat Baitul Ma’mur yang keluar dari tempat itu 70.000 malaikat setiap harinya dan tidak pernah kembali lagi, kesemua malaikat itu terus berputar di alam semesta dengan perintah Allah subhanahu wata’ala. Kemudian nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menembus ke hadratullah subhanahu wata’ala, lalu beliau kembali menemui nabi Musa As ,,nabi Musa As berkata : “apa yang telah diberikan Allah kepadamu?”, nabi Muhammad menjawab : “Diwajibkan kepada ummatku untuk shalat 50 waktu”, maka nabi Musa As berkata : “Wahai Muhammad, ummatmu tidak akan mampu melakukannya, kembalilah kepada Allah”, maka nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kembali menghadap Allah untuk memohon keringanan, kemudian Allah menguranginya 10 sebagaimana yang teriwayatkan dalam Shahih Muslim, lalu nabi Muhammad datang lagi kepada nabi Musa dan beliau berkata : “Berapa waktu shalat yang Allah wajibkan kepadamu dan ummatmu?”, maka nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “40 waktu”, nabi Musa berkata : “Kembalilah lagi kepada Allah mintalah keringanan, karena ummatmu tidak akan mampu melakukannya”, maka nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam kembali kepada Allah memohon keringanan, kemudian Allah menguranginya 10 hingga tersisa 5 waktu, lalu nabi Muhammad kembali kepada nabi Musa dan nabi Musa dan beliau meminta nabi Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “ aku malu kepada Allah jika aku meminta keringanan lagi, akan kulaksanakan kewajibanku dan kuringankan untuk ummatku dengan 5 waktu, namun pahalanya seperti melakukan 50 waktu shalat setiap harinya. Dan dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana hadits yang kita baca tadi, bahwa beliau telah ditawarkan antara meminum susu atau arak, dan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memilih susu, maka malaikat Jibril As berkata : “Sungguh engkau telah memilih kesucian, jika engkau memilih arak maka seluruh ummatmu akan terjebak dengan arak”. Dari hadits ini kita bisa mengambil suatu makna bahwa perbuatan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mempengaruhi perbuatan ummatnya hingga akhir zaman, dikarenakan beliau tidak memilih arak maka ummatnya tidak terjebak oleh pengaruh arak sehingga bisa menjauhi arak, meskipun ada diantara ummatnya yang terjebak dengan arak atau minuman-minuman keras, namun sebagian besar bisa melepaskan diri dari jebakan arak itu. Maka dikatakan oleh malaikat Jibril : “Jika engkau memilih arak maka seluruh ummatmu akan terjebak dengan arak”, dan hal ini menunjukkan bahwa amal perbutan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpengaruh besar terhadap amal perbuatan ummatnya. Banyak perbuatan ummatnya yang baik disebabkan oleh perbuatan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diantaranya adalah masalah arak ini.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى، مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى، وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى، عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى، ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى، وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى، ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى، فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى، فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى، مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى، أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى
( النجم : 1-12 )
“Demi bintang ketika terbenam, temanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi, kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi), lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan, hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya, maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?”. ( QS. An Najm : 1-12)
Makna “An Najm” sama dengan kalimat “Al Kaukab” yaitu bintang, namun Al Kaukab bercahaya dengan mengambil cahaya dari bintang lainnya seperti bulan, sedangkan An Najm adalah bintang yang bercahaya dengan cahayanya sendiri. Dan sebagian ulama’ menafsirkan bahwa “An Najm” dalam ayat ini adalah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang bercahaya dengan cahaya keindahan Allah sedang berpijar karena cinta kepada Allah subhanahu wata’ala di malam Isra’ dan Mi’raj, yang mana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah menyesatkan dan tidak pula berbicara menurut hawa nafsunya, namun semua yang diucapkan adalah wahyu dari Allah subhanahu wata’ala yang diajarkan oleh malaikat Jibril diberi kekuasaan dan kewibawaan oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga mampu menembus batas seluruh makhluk dan berjumpa dengan Rabbul ‘alamin subhanahu wata’ala, lepas dari keterbatasan waktu dan tempat.
وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى، ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى، فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
( النجم : 7-9 )
“Sedang dia berada di ufuk yang tinggi, kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)” (QS. An Najm : 7-9)
Sebagaimana riwayat Al Imam Qadhi ‘Iyadh dalam kitabnya As Syifaa, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “di saat itu aku melintasi langit, dari langit pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya kudengar seluruh malaikat bertasbih dan berdzikir kepada Allah, dan ketika aku melintasi muntahal khalaaiq, batas para makhluk dan berhadapan dengan Allah, maka tidak lagi kudengar suara apa pun , tidak ada lagi pemandangan, yang kudengar hanya suara Yang Maha Berwibawa : “Mendekat, mendekat wahai Muhammad dan tenangkan hatimu wahai Muhammad”, maka nabi Muhammad pun bersujud kemudian berkata :
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّه
“Segala penghormatan,keberkahan, shalawat dan kalimat yang baik semua hanya milik Allah”
dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun mendengar jawaban Allah :
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“ Salam sejahtera, serta rahmat dan keberkahan Allah untukmu wahai nabi ”
Kemudian nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْن “ Salam sejahtera untuk kami, dan para hamba yang shalih ( nabi dan para malaikat )”.
Dan bacaan itu diwariskan kepada kita di setiap kita shalat dalam tahiyyat awal dan tahiyyat akhir, kita selalu mengucapkan kalimat itu, dimana itu adalah percakapan antara Allah dan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peristiwa Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى، مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
( النجم : 10-11 )
“Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan, hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.” (QS. An Najm: 10 -11 )
Allah tidak mengatakan : مَاكَذَبَ مُحَمَّدٌ مَا رَأَى , namun Allah mengatakan مَاكَذَبَ اْلفُؤَادُ مَارَآى , Al Fuaad (sanubari) sehingga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diberi gelar “Sanubari”, Sang sanubari tidak berdusta atas apa-apa yang telah dilihatnya.
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى
( النجم : 12 )
“Maka apakah kalian (kaum musyrikin) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?”(QS. An Najm : 12 )
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Demikian indahnya peristiwa Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan besok malam di Monas insyallah kita akan berdoa dan berdzikir dengan lafadz يا الله sebanyak 1000 x di malam Isra’ dan Mi’raj dengan penceramah utama adalah guru besar kita Al ‘Arif billah Al Musnid Al ‘Allamah Al Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith, semoga dengan acara ini bisa menambah keberkahan, ketenangan, dan kedamaian bagi kota Jakarta, amin allahumma amin. Dan hari Rabu jam 15.00 Wib di masjid Al Munawwar ini kita akan memperingati Isra’ Mi’raj bersama TV One, hari Rabu adalah hari libur maka usahakan semuanya bisa hadir, sekali lagi bukan berarti kita mau tampil di TV, akan tetapi karena saudara-saudari kita lebih banyak yang tidak hadir ke majelis ta’lim dan hanya di rumah saja, maka jika dakwah dan dzikir kita masuk di stasiun televisi maka berarti masuk pula ke rumah-rumah, maka kita syiarkan hal ini.
Demikian indahnya peristiwa Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan besok malam di Monas insyallah kita akan berdoa dan berdzikir dengan lafadz يا الله sebanyak 1000 x di malam Isra’ dan Mi’raj dengan penceramah utama adalah guru besar kita Al ‘Arif billah Al Musnid Al ‘Allamah Al Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith, semoga dengan acara ini bisa menambah keberkahan, ketenangan, dan kedamaian bagi kota Jakarta, amin allahumma amin. Dan hari Rabu jam 15.00 Wib di masjid Al Munawwar ini kita akan memperingati Isra’ Mi’raj bersama TV One, hari Rabu adalah hari libur maka usahakan semuanya bisa hadir, sekali lagi bukan berarti kita mau tampil di TV, akan tetapi karena saudara-saudari kita lebih banyak yang tidak hadir ke majelis ta’lim dan hanya di rumah saja, maka jika dakwah dan dzikir kita masuk di stasiun televisi maka berarti masuk pula ke rumah-rumah, maka kita syiarkan hal ini.
Demikian juga untuk acara besok malam saya menghimbau untuk konvoi dari daerah-daerah dilakukan dengan tertib dan jangan lupa juga untuk menggunakan helm, yang hari-hari kemarin beralasan karena helm di kios nabawiy kehabisan, sekarang majelis kita sudah produksi 1000 helm, namun mohon maaf jika harganya sedikit berbeda, sebagaimana yang kita ketahui bahwa dana untuk helm itu adalah dari donatur yang meminjamkan kepada kita, dan juga dikarenakan dari pabriknya juga ada kenaikan harga karena pembelian dalam waktu yang singkat, namun harga itu masih berada di bawah harga standar helm yang dijual di luar, bukannya kampanye helm namun agar pengendara sepeda motor tertib dengan menggunakan helm dan juga tidak kepanasan atau kehujanan, dan dengan membeli helm di kios majelis maka hal itu juga ikut membantu majelis ini.
Insyaallah acara Nisfu Sya’ban di Monas, kemudian Haul Ahlul Badr dan Nuzul Al Qur’an, namun belum ditentukan tanggalnya, jadi kita tidak berani menetukannya di malam 17 Agustus karena instruksi guru mulia Al Musnid Al ‘Arif billah Al Habib Umar Bin Muhammad Al Hafidh untuk tidak terburu-buru menentukan tanggal sebelum ada keputusan yang jelas karena waktu Ramadhan bisa berubah tanggalnya, dan beliau juga meminta kita untuk menyamakan acara malam Nuzul Al Qur’an bersamaan dengan acara beliau disana. Jadi puasa dan Idul Fitri tetap mengikuti keputusan di negeri kita, tetapi acara dzikir malam 17 Ramadhan kita samakan dengan acara malam 17 Ramadhan di sana (Tarim), jadi mungkin bisa -1 atau +1 dari malam 17 Ramadhan di negara kita, jadi kita menunggu keputusannya di bulan Ramadhan. Dan untuk acara malam Nisfu Sya’ban waktu sudah kita tentukan yaitu tanggal 16 Juli 2011 insya allah, semoga acara-acara kita sukses, amin allahumma amin. Semoga Jakarta semakin bergemuruh dengan dzikir nama Allah, dilimpahi kerukunan, kedamaian, dan ketenangan, serta kita doakan semua pihak dari aparat keamanan, aparat negara dan lainnya yang turut mendukung acara-acara kita semoga semakin diberi kemuliaan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Selanjutnya kita beristighfar untuk mengikuti langkah salafusshalih dan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasllam, yang bersabda :
وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali”.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَقُوْلُوْا جَمِيْعًا :
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله... لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Selanjutnya kita berdoa bersama dengan qasidah Ya Arhamar Rahimin yang dipimpin oleh fadhilah As Sayyid Al Habib Ibrahim ‘Aidid , kemudian doa penutup dan kalimat talqin oleh guru kita fadhilah As Sayyid Al Habib Hud bin Baqir Al ‘Atthas, yatafaddhal masykura..